"Baik," Perisai menjawab sambil tersenyum manis.
Kok si Perisai kelihatan berbeda, ya? Tira membatin.
***
"Aku malu, Tira. Huhuhu," Perisai menangis tersedu-sedu.
"Ssshhh, kamu jangan nangis dong, Risa," Tira agak panik juga. Takut ketahuan Bu Gina, guru kelas mereka. Tira juga takut kalau dirinya akan dituduh menjadi penyebab sahabatnya menangis.
"Kamu cantik, Tira. Aku enggak. Huhuhu."
"Ssshhh. Kamu juga cantik. Cantik, Risa! Si Doni dan Kudit itu emang nakal. Nanti aku laporin Bu Gina, ya?"
"Jangan! Emang mereka benar. Aku jelek. Hidungku ada 'e'enya. Huhuhu. Aku jelek! Jelek! Aku gak suka hidungku! Aku alieeeenn. Aku makhluk luar angkasaaaaa!" tangis Perisai malah makin menjadi-jadi.
Tira mengusap-usap punggung Perisai yang masih menangis.
Tira tidak pernah berpendapat bahwa teman sebangkunya itu tidak cantik, apalagi jelek. Perisai lucu. Mukanya unik kayak boneka. Matanya besar, hidungnya mancung, dan yang membuat Perisai berbeda adalah tahi lalat besar persis di cuping hidungnya. Dasar si Doni dan Kudit jahil, mereka suka sekali mengejek Perisai dengan sebutan hidung 'e'e. Padahal itu bukan 'e'e. Itu tahi lalat! Tapi tetap saja Doni dan Kudit bilang tahi itu kan 'e'e.
***
Sehabis lulus sekolah dasar, Perisai pindah ke Palembang. Sejak saat itu, Tira tidak pernah mendengar tentang Perisai lagi. Sampai tiba-tiba Perisai muncul di televisi sebagai finalis Puteri Negara Indonesia. Tira kaget dan senang dibuatnya. Lalu ia pun mengirimkan sms sebanyak-banyaknya untuk mendukung sahabatnya itu untuk menjadi Puteri Negara favorit.
Waktu jua yang mempertemukan kembali kedua sahabat itu. Mereka bertemu dalam pernikahan Revalina, teman kuliah Tira, juga teman main sinetron Perisai.
***
Tira mengamati wajah Perisai dari kejauhan. Apa ya? Apa ya? Apa ya, yang beda? Batinnya bertanya-tanya.
"Kenapa, lo, Ra?", Radit, sepupunya yang menemani Tira ke pesta pernikahan ini, menangkap kegelisahan Tira.
"Enggak, kayaknya ada yang aneh sama dia tuh," Tira mengarahkan tangannya pada Perisai.
"Lo nggak usah sirik gitu lah sama teman sendiri. Kalo lo pengen jadi artis juga, ya bilang sana sama teman lo itu. Kali aja dia bisa ngenalin lo sama sutradara siapa gitu," mata Radit masih tak lepas dari salad buahnya.
Artis? Apa Perisai jadi berbeda karena dia sudah jadi pemain sinetron dan pacaran sama sesama pesinetron juga? Rasanya enggak mungkin ah. Dia gak sombong kok. Canggung sedikit, ya wajarlah, namanya juga lama gak ketemu.
"Gue paling suka sama film terakhir dia itu, Ra. Judulnya apa tuh? Gue lupa," Radit berpikir sejenak, "gue inget! "Gadis Pinokio" judulnya. Dia lucu banget ya. Natural gitu mainnya. Duh, makin kesengsem gue, Ra."
Tira membenarkan dalam hati. Perisai sampai mendapatkan penghargaan gara-gara aktingnya keren di film itu. Di film garapan sutradara terkenal Rudi Sutaryo itu, Perisai berperan sebagai gadis yang tidak sengaja menemukan boneka Pinokio, boneka berhidung panjang.
Hidung panjang..hidung? AHA! Tira tahu sekarang apa yang berbeda dengan sahabat masa kecilnya itu. Hidung! Hidung!
Tira berjalan meninggalkan Radit sendirian. Ia akan menemui sahabatnya. Ia harus menanyakan bagaimana tahi lalat besar di hidung sahabatnya itu kini bisa hilang!
Maret-2011